Followers

Wednesday 31 July 2013

Awas, Syiah Mengancam Kita!


MAYORITAS kaum muslimin menilai bahwa menentukan sikap terhadap Syi’ah adalah sesuatu yang sulit dan membingungkan. Kesulitan ini terpulang kepada banyak hal. Di antaranya karena kurangnya informasi tentang Syi’ah. Syi’ah menurut mayoritas kaum muslimin adalah eksistensi yang tidak jelas. Tidak diketahui apa hakikatnya, bagaimana ia berkembang, tidak melihat bagaimana masa lalunya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Berangkat dari sini, sangat banyak di antara kaum muslimin yang meyakini Syi’ah tak lain hanyalah salah satu mazhab Islam, seperti mazhab Syafi’i, Maliki dan sejenisnya.
Ia tidak memandang bahwa perbedaan antara Sunnah dan Syi’ah bukan pada masalah furu’ (parsial) saja, akan tetapi banyak juga menyinggung masalah ushul (fundamental).
Hal lain yang menyulitkan untuk menentukan sikap terhadap Syi’ah adalah; bahwa mayoritas kaum muslimin tidak bersikap realistis dan praktis. Mereka sekedar berangan-angan dan berharap tanpa mengkaji…
Dengan bahasa yang sok logis, sebagian kaum muslimin mengatakan: “Lho, mengapa harus terjadi perselisihan? Ayolah kita duduk bersama dan melupakan perselisihan di antara kita… yang Sunni meletakkan tangannya di atas yang Syi’i dan berjalan sama-sama. Toh kita semua juga beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan hari kiamat?”
Orang ini lalai bahwa masalah yang sesungguhnya jauh lebih rumit dari ini…
Sebagai contoh, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir namun menghalalkan khamr (miras) atau zina misalnya, hukumnya kafir. Menghalalkan maksudnya memandang bahwa hal tersebut boleh-boleh saja, dan mengingkari pengharamannya dalam Al Qur’an atau Sunnah Nabi.
Nah berangkat dari asumsi ini, kita akan melihat hal-hal yang sangat berbahaya dalam sejarah kaum Syi’ah, yang mengharuskan para ulama Islam untuk merenung kembali dan menentukan sudut pandang Islam terhadap bid’ah-bid’ah kaum Syi’ah yang demikian besar.
Hal lain yang turut merumitkan masalah ini adalah; banyaknya luka Islam di mayoritas negeri kaum muslimin, di samping banyaknya yang memusuhi mereka dari kalangan Yahudi, Nasrani, kaum salibis, komunis, Hindu dan sebagainya.
Dari sini, sebagian mereka yang ‘intelek’ memandang agar kita jangan membuka front permusuhan baru. Hal ini bisa saja dibenarkan jika front tersebut mulanya tertutup lalu kita berusaha membukanya. Namun jika sejak semula telah terbuka lebar dan serangan mereka datang siang dan malam, maka mendiamkan hal tersebut berarti suatu kehinaan…
Kita tidak perlu lagi mengulang pertanyaan yang sering dilontarkan kebanyakan orang: “Apakah mereka (Syi’ah) lebih berbahaya dari Yahudi?”
Sebab hakikat dari pertanyaan ini adalah untuk membungkam lisan mereka yang sadar akan penderitaan umat, sekaligus membikin kikuk mereka yang berusaha menjaga dan melindungi kaum muslimin.
Saya akan menyanggah mereka dan mengatakan kepada mereka: “Memang apa salahnya kalau umat Islam menghadapi dua bahaya yang mengintai secara bersamaan? Apakah muslimin Ahlussunnah yang mencari-cari alasan untuk menyerang Syi’ah, ataukah realita di lapangan membuktikan berulang kali bahwa merekalah yang memulai serangan?”
Kita menyaksikan gencarnya serangan Syi’ah terhadap umat Islam, dan saya rasa realita kita saat ini tak jauh berbeda dengan masa lampau. Bahkan saya bersaksi bahwa sejarah akan mengulangi dirinya, dan generasi muda akan mewarisi dendam kesumat nenek moyang mereka.
Tak ada kebaikan sedikit pun yang bisa diharapkan dari kelompok yang menganggap bahwa 99% sahabat Nabi adalah bejat, mengingat hal itu merupakan pengingkaran yang nyata akan sabda Rasulullah e:
“خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي”
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku.” (HR. Bukhari no 3451 dan Muslim no 2533)
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan yang lainnya.
Realita Syi’ah –dari dulu sampai sekarang- adalah amat sangat menyakitkan…
Mari kita tengok kembali beberapa masalah yang akan menjadikan visi kita lebih jelas, sehingga dapat membantu kita untuk menentukan sikap paling tepat yang mesti kita ambil terhadap Syi’ah; lalu kita tahu: lebih baik bicara ataukah diam saja!
PERTAMA: 
Semua orang tahu bahwa sikap Syi’ah terhadap para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar Al Faruq, Utsman Dzin Nuurain, lalu isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama Aisyah radhiallahu ‘anha hingga para sahabat secara umum, sebagaimana yang dinyatakan terang-terangan oleh referensi dan narasumber mereka yang telah mereka yakini; adalah bahwa para sahabat tadi adalah orang-orang fasik dan murtad. Mayoritas mereka telah sesat dan berusaha menyembunyikan serta menyelewengkan ajaran Islam.
Dari sini apakah kita harus mengawasi dan diam saja ‘demi menghindari fitnah’?
Fitnah apakah yang lebih besar dari pada menuduh generasi teladan sebagai masyarakat ‘bejat dan pendusta’?!?
Marilah kita merenungi sama-sama perkataan bijak salah seorang sahabat yang bernama Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu:
“إذا لَعَنَ آخرُ هذه الأمَّة أوَّلها، فَمَنْ كان عنده علمٌ فليظْهره، فإنَّ كاتم ذلك ككاتم ما أُنزل على محمدٍ صلى الله عليه وسلم”.
“Bila umat Islam di akhir zaman mulai melaknat pendahulunya, maka siapa saja yang berilmu hendaklah menunjukkan ilmunya. Bila ia menyembunyikan, maka ia seperti yang menyembunyikan ajaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Nisbat riwayat ini kepada Nabi sanadnya dha’if, namun riwayat ini adalah dari perkataan Jabir bin Abdillah)
Bisakah Anda menangkap kedalaman makna ucapan ini?
Hujatan terhadap generasi sahabat bukan sekedar hujatan terhadap mereka yang telah tiada… tidak juga seperti ucapan sebagian orang bahwa: “Hujatan tersebut tidak berbahaya bagi para sahabat, karena mereka telah masuk Surga meski Syi’ah tidak suka.” Akan tetapi bahaya besar di balik ucapan ini ialah karena hujatan terhadap para sahabat pada hakikatnya adalah hujatan terhadap Islam secara langsung. Sebab kita tidak mendapatkan ajaran Islam kecuali melalui para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Kalau berbagai hujatan yang menimbulkan keraguan akan akhlak, niat, dan perbuatan para sahabat dibiarkan; lantas agama model apa yang akan kita anut?
Hilanglah agama kita kalau kita terima semua itu… hilanglah hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran beliau.
Justeru kita bertanya kepada Syi’ah: “Al Qur’an apa yang kalian baca sekarang? Bukankah yang menyampaikannya adalah mayoritas sahabat yang kalian hujat? Bukankah yang berjasa mengumpulkannya adalah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu, yang kalian anggap berbuat licik untuk menjadi khalifah? Lantas mengapa ia tidak merubah-rubah Al Qur’an sebagaimana merubah-rubah Sunnah menurut tuduhan kalian?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits:
“عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المهديين مِنْ بَعْدِي”.
“Kalian wajib berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnahnya Khulafa’ur Rasyidin yang telah mendapat hidayah sepeninggalku.” (HR. Tirmidzi no 2676, Ibnu Majah no 42 dan Ahmad no 17184)
Jadi, Sunnah Khulafa’ur Rasyidien adalah bagian tak terpisahkan dari agama Islam. Hukum dan sikap yang diputuskan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali adalah hujjah (dalil) bagi setiap muslim, kapan, di mana pun, dan sampai hari kiamat… lantas bagaimana mungkin hujatan terhadap mereka kita biarkan?!
Sebab itulah, ulama-ulama kita yang mulia demikian berang bila mendengar ada orang yang berani menghujat sahabat. Imam Ahmad bin Hambal misalnya, beliau pernah mengatakan:
إذا رأيت أحدًا يذكر أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم بسوءٍ، فاتهمه على الإسلام
“Kalau engkau mendapati seseorang berani menyebut para sahabat dengan tidak baik, maka tuduhlah dia sebagai musuh Islam.” (Ash Sharimul Maslul ‘ala Syaatimir Rasul 3/1058 oleh Ibnu Taimiyyah)
Al Qadhi Abu Ya’la (salah seorang fuqaha mazhab Hambali) mengatakan: “Para fuqaha sepakat bahwa orang yang mencaci-maki para sahabat tak lepas dari dua kondisi: kalau dia menghalalkan hal tersebut maka dianggap kafir, namun jika tidak menghalalkannya maka dianggap fasik (bejat)” (Ibid, 3/1061)
Abu Zur’ah Ar Razi (salah seorang pakar hadits yang wafat th 264 H) mengatakan:
“إذا رأيتَ الرجلَ ينتقص من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، فاعلم أنّه زنديق”
“Kalau engkau mendapati seseorang mengkritik sahabat Nabi saw, maka ketahuilah bahwa dia itu Zindiq (munafik).” (Al Kifayah fi ‘Ilmir Riwayah hal 49 oleh Al Khatib Al Baghdadi)
Sedangkan Ibnu Taimiyyah berkata: “Barang siapa menganggap bahwa para sahabat telah murtad sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali segelintir orang yang jumlahnya tak sampai belasan orang, atau menganggap fasik (bejat) mayoritas sahabat; maka orang ini kekafirannya tidak diragukan lagi.” (Ash Sharimul Maslul 3/1110 oleh Ibnu Taimiyyah)
Sikap yang keras terhadap para penghujat sahabat ini, tak lain adalah karena para sahabatlah yang menyampaikan agama ini kepada kita. Kalau salah seorang dari sahabat dihujat, berarti Islam jadi meragukan. Mengingat banyaknya pujian yang Allah berikan kepada mereka dalam Al Qur’an, maupun dalam Sunnah Nabi-Nya, jelaslah bahwa orang yang menghujat para sahabat berarti mendustakan ayat-ayat dan hadits yang cukup banyak tadi.
Mungkin ada yang berkata: “Lho, kami tidak pernah mendengar si Fulan dan si Fulan yang Syi’ah itu menghujat para sahabat?”
Kepada mereka, kami ingin agar memperhatikan poin-poin berikut:
Pertama: Kaum Syi’ah Itsna Asyariyah pada dasarnya meyakini bahwa para sahabat telah bersekongkol melawan Ali bin Abi Thalib, Ahlul Bait, dan Imam-imam yang diyakini oleh mereka. Intinya, tidak ada seorang Syi’i pun (baik di Iran, Irak, maupun Lebanon) melainkan ia meyakini kefasikan para sahabat. Sebab jika mereka menganggap para sahabat adalah orang shalih, hancurlah rukun iman mereka sebagai Syi’ah. Jadi, telah menjadi suatu keniscayaan pabila setiap orang Syi’ah baik pejabat, ulama, maupun rakyat jelata untuk bersikap tidak hormat kepada para sahabat, dan tidak menerima agama yang mereka bawa dalam bentuk apa pun.
Kedua: Tokoh-tokoh Syi’ah senantiasa mengelak untuk menampakkan kebencian mereka kepada para sahabat, meski terkadang nampak juga dalam sebagian statemen atau perilaku mereka, sebagaimana firman Allah:
لَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ
“Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka.” (Qs Muhammad: 30)
Banyak di antara kita yang menyaksikan debat antara DR. Yusuf Al Qardhawi dengan Rafsanjani (mantan presiden Iran) di TV Al Jazeera. Kita sama-sama menyaksikan bagaiman Rafsanjani selalu mengelak dari setiap usaha DR. Qardhawi agar ia menyebut sahabat dan ummahatul mukminin (isteri-isteri Nabi) dengan baik.
Dan ketika Khamenei (pemimpin Revolusi Iran sekarang) ditanya tentang hukum mencaci-maki para sahabat, dia tidak mengatakan bahwa hal itu keliru atau haram. Namun ia menjawab secara dusta dengan berkata: “Semua perkataan yang mengakibatkan perpecahan di antara kaum muslimin pasti diharamkan dalam syari’at.” Intinya, haramnya mencaci-maki sahabat menurutnya ialah karena hal itu menimbulkan perselisihan di antara kaum muslimin, bukan karena haram menurut syari’at, sebagaimana yang dilansir oleh koran Al Ahraam Mesir tanggal 23 November 2006.
Ketiga: Kita harus waspasa terhadap akidah ‘taqiyyah’ (bermuka dua) yang menurut syi’ah adalah sembilan persepuluh dari agama mereka. Artinya, mereka biasa mengatakan perkataan yang bertentangan dengan keyakinan mereka selama mereka belum berkuasa. Namun setelah berkuasa mereka akan menampakkan jati dirinya terang-terangan.
Dalam sejarah Syi’ah, kita menyaksikan bahwa tatkala mereka menguasai beberapa wilayah Daulah Abbasiyah yang Sunni di Irak, Mesir, Afrika Utara (Maghrib) dan semisalnya; mereka langsung terang-terangan menghujat para sahabat, dan menjadikan hal itu sebagai pokok agama mereka.
Jadi, jelaslah bagi kita dari sini akan pentingnya menjelaskan hakikat Syi’ah terhadap para sahabat yang mulia. Kalau tidak, maka orang yang menyembunyikan kebenaran ini ibarat syaithan yang bisu, dan sikap ini akan mengakibatkan kehancuran Islam…
KEDUA:
Bahaya Doktrinasi Syi’ah di Dunia Islam…. tidak diragukan lagi bahwa doktrinasi Syi’ah (tasyayyu’) demikian gencar dilakukan di berbagai negara Islam. Ia tidak hanya marak di tempat asalnya seperti Iran, Irak dan Lebanon, namun kini berlangsung sangat kuat di Bahrain, Emirat Arab, Suriah, Yordania, Saudi Arabia, Mesir, Afghanistan, Pakistan dan negara-negara muslim lainnya… (Termasuk Indonesia yang dalam lima tahun terakhir meningkat secara drastis, lewat tokoh-tokoh mereka macam Jalaluddin RakhmatQuraish Shihab dan sebagainya. Bahkan menurut pengamatan sebagian pihak, jumlah murid Kang Jalal mencapai lebih dari 10 juta! –pent)
Parahnya lagi, banyak orang yang menganut pemikiran-pemikiran Syi’ah tanpa mengira bahwa mereka adalah Syi’ah. Bahkan setelah menulis beberapa artikel ini, kami –yaitu Dr. Raghib Sirjani- mendapat banyak e-mail yang penulisnya mengaku Sunni, namun isinya penuh dengan pemikiran dan gaya Syi’ah.
Kita juga tidak menutup mata akan perang global yang ditujukan kepada para sahabat lewat media massa (Yakni media massa di Mesir tempat penulis tinggal -pent) dan saluran-saluran televisi di negeri-negeri Sunni. Yang paling masyhur ialah hujatan salah satu koran Mesir terhadap Siti Aisyah radhiallahu ‘anha beberapa hari terakhir. Demikian pula perang yang dilancarkan terhadap Shahih Bukhari, termasuk acara televisi yang dibawakan oleh wartawan terkenal dan selalu mengkritik para sahabat dalam setiap episode.
Masalah semakin rumit dan tidak bisa didiamkan, mengingat adanya perkawinan silang antara manhaj (metode) Syi’ah dengan Tasawuf, dengan klaim bahwa keduanya mencintai Ahlul bait.
Dan kita semua tahu bahwa faham tasawuf demikian merebak di banyak negara di dunia. Dan faham ini telah terjangkiti virus bid’ah, khurafat dan kemunkaran yang demikian banyak, dan bertemu dengan Syi’ah dalam hal mengultuskan Ahlul bait. Dari sini, penyebaran Syi’ah sangat mudah ditebak seiring dengan menyebarnya tarekat-tarekat Sufi.
KETIGA:
Kondisi di Irak demikian mencekam. Pembunuhan muslimin Ahlussunnah tersebab identitas mereka adalah fenomena biasa yang sering terjadi. Sekjen ulama Ahlussunnah di Irak yang bernama Harits Adh Dhaary menyebutkan bahwa ada lebih dari 100 ribu muslim Sunni yang tewas di tangan Syi’ah sejak th 2003 hingga 2006. Ditambah proses deportasi yang terus menerus di beberapa lokasi demi mempermudah kekuasaan Syi’ah di sana. Dan mayoritas mereka yang dideportasi (diusir) keluar dari Irak adalah Ahlussunnah; dan ini menyebabkan perubahan susunan masyarakat yang sangat berbahaya akibatnya nanti.
Pertanyaannya sekarang: “Apakah fitnah yang timbul ketika membahas masalah Syi’ah lebih berbahaya dari fitnah terbunuhnya sekian banyak warga Ahlussunnah tadi? Lantas sampai kapan masalah ini harus didiamkan? Padahal semua orang tahu betapa solidnya dukungan Iran dalam pembersihan mereka yang beridentitas Sunni?”
KEEMPAT:
Ambisi Iran terhadap Irak demikian besar, bahkan hal nampak nyata. Mengingat kedua negara sebelumnya pernah terlibat perang sengit selama 8 tahun penuh, dan sekarang jalannya terbuka lebar bagi Iran. Apalagi Irak memiliki nilai religius penting bagi kaum Syi’ah, mengingat adanya wilayah-wilayah suci di sana, termasuk enam makam Imam Syi’ah. Di Najaf terdapat makam Ali bin Abi Thalib, lalu di Karbala’ terdapat kuburan Husein, dan di Baghdad terdapat makam Musa Al Kadhim dan Muhammad Al Jawwad, tepatnya di wilayah Al Kadhimiyyah. Sedangkan di Samarra terdapat makam Muhammad Al Hadi dan Hasan Al ‘Askari; dan masih banyak kuburan-kuburan palsu lain yang diklaim sebagai kuburan para Nabi seperti Adam, Nuh, Hud dan Shalih di Najaf; namun semuanya palsu.
Selain Ambisi Iran terhadap Irak yang sangat berbahaya, Amerika juga mendukung terwujudnya ambisi tersebut. Kita semua menyaksikan bagaimana pemerintahan Syi’ah bentukan Amerika di Irak. Sandiwara saling tuduh antara Amerika dan Iran sudah tidak mempan lagi sekarang, sebab tidak pernah terlintas dalam benak Amerika untuk menyerang Iran sama sekali, akan tetapi yang sangat mencemaskan bukanlah ambisi untuk menguasai minyak atau kekayaan Irak saja, bukan pula sekedar memperluas kekuasaan Syi’ah; namun parahnya mereka menjadikan kebrutalan dan sadisme tersebut sebagai bagian dari agama mereka. Sebab Syi’ah menuduh para sahabat dan pengikut mereka dari kalangan Ahlussunnah sebagai musuh-musuh Ahlulbait dan menjulukinya dengan naashibah atau nawaashib. Padahal kita lebih menghargai Ahlulbait daripada mereka.
Mereka lalu mengeluarkan vonis-vonis mengerikan atas tuduhan tersebut. Misalnya Khumaini yang mengatakan: “Pendapat yang lebih kuat ialah memasukkan nawashib sebagai ahlul harbi (lawan perang), yang hartanya halal di mana pun didapati, dan dengan cara apa pun.” (Tahrirul Wasilah 1/352 oleh Al Khumaini)
Lalu tatkala imam mereka yang bernama Muhammad Shadiq Ar Ruhani ditanya tentang hukum orang yang mengingkari keimaman dua belas imam, dia mengatakan sesuatu yang sangat aneh: “Sesungguhnya imamah (jabatan imam) lebih tinggi dari nubuwah (kenabian) dan kesempurnaan agama ini ialah dengan menjadikan Amirul mukminin alaihissalam sebagai imam; Allah ta’ala berfirman: alyauma akmaltu lakum dienakum (pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu). Maka siapa yang tidak mempercayai keimaman dua belas imam niscaya ia akan mati dalam kekafiran” (Lihat fatwa ini dalam link berikut: www.imamrohani.com/fatwa-ar/viewtopic.php)
Khumaini dalam bukunya Al Hukumatul Islamiyyah mengatakan bahwa para imam akan mencapai kedudukan yang tidak pernah dicapai oleh malaikat terdekat maupun rasul sekalipun. Karenanya, tidak mengakui keimaman menurut mereka lebih berat dari pada tidak mengakui kenabian, dan inilah tafsiran atas pengkafiran Syi’ah atas Ahlussunnah, yang diikuti dengan penghalalan darah mereka di Irak dan negeri-negeri lainnya. Oleh karena itu, Irak harus dimasukkan dalam kekuasaan mereka karena banyaknya tempat-tempat ‘suci’ mereka yang masih dikuasai oleh orang-orang yang mereka anggap kafir.
KELIMA:
Ancaman langsung tak berhenti di Irak saja, namun ambisi mereka terus meningkat untuk menguasai daerah sekitarnya. Mereka menganggap Bahrain sebagai bagian dari Iran, sebagaimana pernyataan kepala pemeriksa umum Ali Akbar Nathiq Nuri di kantor pemimpin revolusi saat peringatan 30 tahun revolusi Iran. Ia mengatakan: “Bahrain pada dasarnya adalah propinsi Iran yang keempat belas, yang diwakili oleh seorang legislatif di majelis permusyawaratan Iran.” (Lihat situs al jazirah berikut: www.aljazeera.net/NR/exeres/684338CB-837A-4879-8C7A-1A1B995DD286.htm)
Kita juga tahu bahwa Iran menduduki tiga pulau milik Emirat Arab di teluk Arab, dan jumlah mereka makin bertambah di Emirat hingga nisbahnya mencapai 15% dari total jumlah penduduk, dan menguasai pusat-pusat perdagangan terutama di Dubai.
Demikian pula kondisinya di Arab Saudi yang tidak statis; sebab sejak revolusi Iran tahun 1979, berbagai gangguan stabilitas terjadi berulang kali di Arab Saudi. Bahkan itu terjadi langsung setelah revolusi Iran, dengan munculnya demonstrasi Syi’ah di Qathif dan Saihat (dua wilayah Saudi), yang paling gencar di antaranya adalah tanggal 19 November 1979.
Masalah pun kadang semakin parah hingga berubah menjadi tindak anarkhis dan kejahatan di Baitullah Makkah. Sebagaimana yang terjadi pada musim haji tahun 1987 dan 1989. Bahkan pasca jatuhnya pemerintahan Saddam Husein, sekitar 450 tokoh Syi’ah di Saudi mengajukan proposal kepada putera mahkota ketika itu, yaitu Pangeran Abdullah dan meminta agar diberi jabatan-jabatan tinggi di dewan parlemen, jalur diplomasi, badan militer dan keamanan, serta menambah jumlah mereka di majelis syuro.
Bahkan Ali Syamkhani, yang merupakan penasehat tertinggi masalah militer bagi pimpinan umum revolusi Iran mengatakan, bahwa bila Amerika menyerang proyek nuklir Iran, maka Iran tidak sekedar membalas dengan menyerang fasilitas milik Amerika di teluk, namun akan menggunakan rudal-rudal balistiknya untuk menyerang target-target strategisnya di teluk Arab. Pernyataan ini dilansir oleh majalah Times Inggris pada hari Ahad 10 November 2007.
Inikah semuanya?
Tidak… namun masih banyak sekali hal-hal yang belum kami sebutkan.
Dalam tulisan ini kami baru menyebutkan lima poin yang menjelaskan bahaya Syi’ah dan gentingnya masalah ini. Dan masih ada lima poin lagi yang tak kalah penting yang akan saya sampaikan dalam tulisan berikutnya atas izin Allah. Dan setelah itu kami akan paparkan metode paling tepat untuk mengatasi kondisi yang sangat berbahaya ini.
Masalah Syi’ah bukanlah catatan kaki dalam sejarah umat Islam, hingga pantas untuk ditinggalkan atau ditunda… namun ia merupakan masalah yang menduduki prioritas utama bagi umat Islam.
Kita semua mengetahui bagaimana Palestina dibebaskan dari tangan kaum Salibis lewat tangan Shalahuddien; dan itu tidak terjadi kecuali setelah beliau membebaskan Mesir dari kekuasaan Syi’ah UbeidiyyahDan ketika itu Shalahuddien tidak mengatakan bahwa perang salib harus lebih diprioritaskan daripada menyingkirkan kekuasaan Syi’ah dari Mesir. Hal itu karena beliau yakin bahwa kaum muslimin tidak akan mendapat pertolongan kecuali bila akidah mereka bersih dan tentara mereka ikhlas.
Shalahuddien juga tidak memaksa rakyat Mesir untuk berperang bersamanya demi target utamanya (yaitu pembebasan Palestina), kecuali setelah membebaskan mereka dari belenggu-belenggu Syi’ah Ubeidiyyah.
Apa yang kami sebutkan tentang Mesir di masa Shalahuddien sama dengan yang kami sebutkan tentang Irak sekarang, demikian pula dengan setiap negara yang terancam oleh Syi’ah… dan kita harus mengambil pelajaran dari sejarah!
Semoga Allah memuliakan Islam dan kaum muslimin. (Pz/Islampos/Arbhan)

Rafidhah Lebih Bahaya Daripada Yahudi


ASY-SYAIKH Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali ditanya: “Apa pendapat Anda wahai Syaikh yang mulia, tentang berbagai keadaan genting (krisis) di Lebanon, Irak, Palestina? Jazakumullah khairan (semoga Allah membalas dengan kebaikan).”
Beliau menjawab:
“Demi Allah, kami berpandangan bahwa amalan jihad tetap tegak sampai hari kiamat dan merupakan perkara yang wajib dilakukan umat ini. Namun umat (Islam) kini telah melalaikan banyak perkara agama, di antaranya adalah jihad itu sendiri, sehingga Allah memberikan kekuatan kepada musuh-musuh untuk menguasai mereka.
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah[1] dan kalian mengambil ekor-ekor sapi serta kalian senang dengan bercocok tanam dan kalian meninggalkan jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala –bukan di atas jalan kaum Rafidhah (Syiah), jalannya orang-orang yang berbuat bid’ah dan khurafat– maka Allah akan mencampakkan kehinaan pada diri kalian. Dan Dia (Allah) tidak akan mencabut kehinaan itu sampai kalian kembali kepada agama kalian.”
Maka langkah yang paling awal menuju kemuliaan, keluar dari kehinaan dan kerendahan adalah kembali kepada agama Allah. Ini langkah pertama, bukannya kembali kepada agama kaum Rafidhah yang ekstrim, yang mengkafirkan para shahabat, lalu mengangkat bendera jihad!
Mereka tidak kembali kepada agama, namun justru memerangi agama dan orang-orang yang komitmen dengannya! Bagaimana mungkin ini akan mendapatkan pertolongan!? Mungkinkah ini dikatakan sebagai jihad di jalan Allah?!
Terkadang seseorang terbunuh dalam berjihad, namun dia masuk neraka karena dia tidak melakukannya dengan niat untuk menegakkan kalimat Allah Tabaraka wa Ta’ala.
“Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka itulah fi sabilillah.”
orang yang berperang karena modal keberanian semata, ada orang yang berperang karena semangat saja, ada yang berperang karena untuk mendapatkan pujian di manusia, yang manakah di jalan Allah? Maka beliau menjawab: ‘Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka itulah fi sabilillah (di jalan Allah)’.”
Karenanya, sebelum melakukan segala sesuatu, kaum muslimin wajib membenahi berbagai keadaan mereka dan kembali kepada agama yang telah dibawa oleh Muhammad Shallallau ‘alaihi wa sallam. Serta kembali di atas petunjuk orang-orang yang telah bersungguh-sungguh dalam menyebarkan agama ini, yaitu para shahabat yang mulia, yang menyebarkan agama, berupa amalan-amalan yang shalih dan syi’ar-syi’ar Islam yang benar. Inilah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berjihad yaitu untuk meninggikan kalimat-Nya.
Sekarang saya bertanya kepada kalian: “Bendera yang ada di Lebanon, yaitu bendera yang diangkat oleh Hizbullah, apakah bendera itu berhak dikatakan bahwa itu merupakan bendera di jalan Allah?! Apakah dikatakan bahwa itu jihad di jalan Allah?! Sementara mereka (Hizbullah termasuk beragama Syi’ah Rafidhah, red) mengkafirkan para shahabat Muhammad n, mempermainkan Al-Qur’an dan mengubahnya, dengan perubahan yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi sekalipun!?
Kalian belum pernah membaca tentang kaum Rafidhah? Bagi siapa yang membaca tentangnya, dia akan mendapati bahwa mereka lebih parah dalam melakukan perubahan pada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dibandingkan kaum Yahudi dan Nashara. Demi Allah, kami ingin berjihad, namun dengan jihad yang benar. Maka wajib bagi umat ini untuk kembali kepada agamanya, kemudian setelah itu melakukan persiapan:
وَأَعِدُّوا لَهُم مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهِ عَدْوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.” (Al-Anfal: 60)
Sekarang ini, kelompok Hizbullah berperang semenjak tiga pekan yang lalu, tidak ada yang terbunuh dari mereka melainkan hanya delapan orang. Sementara yang rakyat Libanon yang terbunuh hampir mencapai seribu orang! Dan yang terusir dari mereka berjumlah ribuan! Fasilitas umum mereka dihancurkan! Apakah ini yang dikatakan jihad yang sesuai dengan kehendak Allah?!
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjihad di Badr, di Uhud, di Khandaq dan di tempat lainnya, tidak satupun anak kecil yang terbunuh! Dan tidak satupun wanita yang terbunuh! Namun mereka ini (Hizbullah, red) berada dalam barisan para wanita dan anak-anak kecil, datanglah berbagai serangan yang diarahkan (oleh Yahudi kafir, red) kepada mereka yang patut dikasihani. Inikah jihad?!
Sekarang ini Yahudi telah menguasai daerah yang luas dan besar, ada duapuluh kampung di Lebanon. Apakah ini jihad? Apakah ini yang dimaksudkan? Apakah kita berjihad agar wanita dan anak-anak kaum muslimin dibunuh, yayasan-yayasan mereka dihancurkan?! Ini yang dikatakan hasil jihad itu?!
Inilah jihad ‘akrobatik’. Inilah adalah jihad model Rafidhah! Maka wajib bagi kaum muslimin untuk berfikir dan kembali kepada agama mereka, sebelum melakukan segala sesuatu. Setelah itu mereka berjihad dengan tujuan meninggikan kalimat Allah.
Sesungguhnya kita lebih mengimani tentang syariat jihad dibanding mereka ini yang merupakan para pendusta yang hanya pintar mengaku saja! Kami mengimaninya akan tetapi kami mengatakan kepada kaum muslimin: ‘Kembalilah kepada agama ini. Bekali diri kalian untuk persiapan jihad dan mendapat pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab kalian tidak mungkin mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala jika tidak berperang dengan tujuan untuk meninggikan kalimat Allah dan tidak berada di atas agama yang benar.’
Apa yang terjadi di Irak? Berapa banyak kaum muslimin telah dibunuh oleh kaum Rafidhah!? Lebih dari seratus ribu jiwa atau lebih yang mereka sembelih dari kalangan para wanita, anak-anak, mereka usir, merusak rumah-rumah, masjid-masjid dan menginjak-injak mushaf-mushaf Al-Qur`an! Dan berbagai kelakuan lainnya yang –demi Allah– tidak dilakukan oleh orang-orang Yahudi! Dan tatkala mereka melakukan berbagai tindakan kekejian ini semua, mereka lalu membuka front (di Libanon). Mereka menertawakan Ahlus Sunnah dan bergembira atas apa yang menimpa Ahlus Sunnah.
Apakah kalian menangisi Ahlus Sunnah dari penduduk Irak, dalam keadaan mereka disembelih, diusir, ratusan masjid-masjid mereka dirusak?! Mungkin mencapai seratus ribu jiwa atau lebih yang terbunuh dari mereka!
Apakah mereka (kaum Rafidhah) menangisi kematian kalian?! Apakah mereka mengangkat suara untuk kalian?! Sama sekali tidak, sama sekali tidak!
Maka tatkala orang Rafidhah –yang beraliran kebatinan ini– datang, banyak yang berpandangan bahwa dia mengangkat bendera jihad dan yang akan memimpin umat menuju kemuliaan dan pertolongan. Ini merupakan keberuntungan besar, di antara keberuntungan kaum Rafidhah! Sekarang ini umat Islam bersorak dan bertepuk tangan untuk mereka!!! Dan inilah yang diinginkan oleh kaum Rafidhah. Dia (pimpinan Hizbullah) ini sekarang, di mana panglima ini berada?!
(Ketahuilah), dia ada di tempat persembunyian. Dia dan kelompoknya ada di tempat persembunyiannya! Sementara kehancuran dan kebinasaan menimpa rakyat jelata Libanon! Penyembelihan (terhadap kaum muslimin Ahlus Sunnah) saja berlanjut di Irak! Darah kaum muslimin di Irak sangatlah murah, tidak sepantasnya disebut-sebut (dianggap berharga) menurut mereka!
Bahkan darah seluruh kaum muslimin dan harta mereka adalah halal menurut kaum Rafidhah, sebab mereka menganggapnya kafir! Inilah hukum yang mereka terapkan!
Lalu di mana kita meletakkan akal kita? Sekarang ini kebanyakan yang membimbing kaum muslimin adalah orang-orang yang jahil dan bodoh! Tokoh-tokoh yang jahil sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam! Orang jahil (bodoh) yang berpenampilan sebagai alim (pandai) dan tidak mengetahui hakekat Islam! Tidak mengetahui kekufuran dan perbuatan zindiq yang dimiliki kaum Rafidhah.
Telitilah kitab tafsir –dari kitab-kitab tafsir yang dimiliki Rafidhah– mulai dari surah Al-Fatihah, tentang perubahan yang mereka lakukan, yang orang Yahudi pun merasa malu darinya!
“Jalan yang lurus”, maknanya ‘Ali radhiallahu ‘anhu!
“Bukan jalan orang-orang yang dimurkai”, maknanya adalah jalan Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman radhiallahu ‘anhum!
“Alif Laam Mim. Itulah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”, makna orang-orang yang bertakwa adalah pengikut ‘Ali radhiallahu ‘anhu (maksudnya kaum Rafidhah)!
Dunia, akhirat, surga, semuanya milik ‘Ali radhiallahu ‘anhu dan para pengikutnya (maksudnya Rafidhah)!
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu”, mereka mengatakan: “Yang dimaksud nyamuk adalah Ali radhiallahu ‘anhu, sedangkan yang lebih rendah adalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Yaitu ‘Ali radhiallahu ‘anhu kadang-kadang mereka anggap seperti nyamuk. Ini termasuk perbuatan zindiq dan cercaan mereka terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kadang-kadang mereka menganggap Ali radhiallahu ‘anhu sebagai binatang melata, yang melata di muka bumi. Dan dia sebagai bintang, sebagai matahari, dia adalah langit, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai buah Tin dan ‘Ali radhiallahu ‘anhu sebagai buah Zaitun, para imam (mereka) sebagai bukit Sinai. Ayat-ayat Al-Qur`an dan tanda-tanda kekuasaan alam seluruhnya yang dimaksud adalah para imam mereka!
Ayat-ayat kemunafikan, kekufuran, siksaan, ayat celaan dan ancaman, semuanya diterapkan kepada para shahabat. Abu Bakr radhiallahu ‘anhu disiksa dengan siksaan yang paling keras, seperti Iblis. Dan ‘Umar adalah setan, di tempat manapun disebutkan dalam Al-Qur`an.
Ayat-ayat tentang Hari Kebangkitan dan Hari Pembalasan, menurut mereka yang dimaksud adalah keluarnya sang penegak hukum (Imam Mahdi, pen)!
Berbagai macam penyelewengan yang tak terhitung banyaknya dalam Kitabullah! Dan berbagai kedustaan terhadap ‘Ali radhiallahu ‘anhu dan Ahlul Bait yang tak terhitung banyaknya!
Semua yang menjelaskan tanda kekuasaan maksudnya adalah Ahlul Bait. Tidaklah engkau membaca satu ayat pun dalam Al-Qur`an, baik ayat kauniyyah maupun ayat syar’iyyah, melainkan mereka selewengkan. Ayat-ayat tentang Tauhid mereka ubah menuju kepada kesesatan mereka!
Allah berfirman: “Janganlah kalian menjadikan dua sesembahan.” Ayat ini (sebenarnya) mengajak kepada Tauhid dan memberi peringatan dari kesyirikan. (Namun) mereka mengatakan: “Janganlah kalian mengangkat dua Imam!”
Ayat Tauhid mereka tidak jelaskan, bahkan menghindar darinya! Kalaupun mereka jelaskan, mereka mengubahnya. Mereka tidak menyisakan sesuatu dari ayat tersebut melainkan mereka mengubahnya!
Mereka adalah musuh-musuh Islam, cukuplah bagi mereka sejarah hitam mereka yang selalu bersama Yahudi dan Nashara. Merekalah yang membawa pasukan Tartar dan menyembelih puluhan ribu, bahkan mungkin sejuta atau bahkan lebih (kaum muslimin)! Merekalah yang meruntuhkan khilafah ‘Abbasiyyah! Dalam perang di Afghanistan, sebagai negara tetangga mereka, (kaum Syiah Rafidhah Iran) tidak ikut serta bersama kaum muslimin sedikitpun! Tidak di dalam Afghanistan dan tidak pula di luarnya. Amerika datang ke Afghanistan untuk menjatuhkan kekuasaan Taliban, maka mereka menjadi tameng terkuat bersama Amerika dalam memerangi kaum muslimin. Merekalah yang turut mendatangkan Amerika dan sekutunya ke Irak.
Mereka menambah kekuatan bersamanya untuk menyembelih kaum muslimin. Inikah Islam yang kita berjihad untuknya?
Kaum Rafidhah ini lebih berbahaya dari Yahudi dan Nashara. Dan apa yang menimpa kaum muslimin melalui tangan Rafidhah lebih berbahaya dari apa yang menimpa kaum muslimin melalui tangan Yahudi dan Nashara. Adapun mereka yang (tertipu), mereka disesatkan ataukah mereka orang-orang yang tidak mengetahui?!
Apakah ini pertolongan Allah? Apa yang telah dilakukan terhadap Ahlus Sunnah di Irak?! Apakah pernah engkau membimbing dengan satu ucapan untuk menasehati keluarga dan kaummu tentang kaum Rafidhah Bathiniyyah untuk menyeru agar mereka menahan diri (dari menyiksa) kaum muslimin?!
Demi Allah, saya yakin bahwa mereka tidaklah melakukan ini melainkan untuk mempermainkan kaum muslimin dan menertawakan mereka. Allah Maha Mengetahui apa tujuan mereka di belakang semua ini!
Jangan kalian membenarkan perselisihan mereka dengan Amerika! Ini semua dusta. Berapa banyak pembicaraan seputar pembuatan sel (instalasi) nuklir yang ada di Iran? Apakah tujuan mereka menyimpan bahan nuklir tersebut? Apakah untuk memerangi kaum Yahudi? Mereka pendusta! selalu menggembar-gemborkan hal ini semenjak 70 tahun yang lalu, sementara kaum muslimin memerangi Yahudi dalam berbagai peperangan. Sudah berapa banyak mereka (kaum muslimin) mengikuti peperangan, menyumbangkan harta, berperan serta, sementara justru menghilang (tidak turun serta)!
Sekarang mereka bersorak dan menghendaki kaum muslimin memasuki pertempuran sedangkan mereka menghilang. Belum berhenti satu peperangan hingga dibuka kembali peperangan yang baru.
Perencanaan pembuatan sel (instalasi) nuklir tersebut tidaklah dipersiapkan melainkan untuk negara-negara Teluk! Kaum muslimin harus memahami hal ini. Perhatikanlah perkara-perkara ini! Apakah dengan seperti ini lalu aku menganggapnya sebagai jihad di jalan Allah? Sama sekali tidak! (Alasannya):
Pertama: Aqidah mereka jelas, sebagaimana yang telah kami sebutkan sebagiannya.
Kedua: Jihad merekapun jelas, di mana mereka bersembunyi di gua-gua, menyusup di rumah-rumah dan gedung-gedung! Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih mengetahui, mungkin saja mereka mengutus Yahudi untuk menyerang tempat tersebut! Saya tidak menganggap mustahil hal tersebut! Sadarlah kalian terhadap makar dan tipu daya kaum Rafidhah.
Demi Allah mereka menertawakan Ahlus Sunnah. Mereka memiliki orang-orang –di negeri Arab dan negeri-negeri Islam– yang bekerja untuk mereka guna menjembatani tersebarnya keyakinan Rafidhah di seluruh dunia Islam. Sekarang dakwah mereka tersebar di dunia Islam. Di bagian Asia Timur mereka memiliki ma’had, sekolah, dan para da’i di negara-negara Afrika. Telah berlalu waktu di mana mereka tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan ini semua. Hingga datangnya sebagian kelompok yang berkhianat, lalu membukakan jalan bagi mereka dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyebarkannya di dunia Islam.
Sekarang merekapun menertawakan kaum muslimin. Tangan mereka masih berlumuran darah kaum Muslimin di Irak. Bersamaan dengan itu, mereka ingin agar kita membantu mereka?!
Sementara musibah menimpa rakyat Lebanon dan rakyat Palestina. Lalu apa kerugian yang dialami kaum Rafidhah dalam semua peperangan ini?! (Tidak ada!! -pen)
Baik di Palestina, di Afghanistan dan selainnya, semenjak 70 tahun yang lalu hingga sekarang? Apa yang telah diperbuat oleh para pendusta ini?!”
*Fatwa ini dikutip dari ceramah Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali yang berjudul “Penghalang-penghalang dalam menuntut ilmu”, pada hari Jum’at dalam acara Daurah Al-Imam Abdul Aziz bin Baaz rahimahullahu di Tha`if, pada tanggal 10-7-1427 H, bertepatan dengan tanggal 4-8-2006 M di Masjid Raja Fahd rahimahullahu.

Mengapa Syi’ah Bermasalah


MARI kita bersyukur kepada Allah SWT karena kita sebagai bangsa Indonesia yang penduduk muslimnya terbesar di dunia. Walaupun ada Negara yang penduduknya terbesar, misalnya China, India dll, namun umat Islamnya minoritas. Umat Islam di Indonesia saat ini sekitar 87 % muslim. Kita ketahui, bahwa Islam ada beberapa faham di antaranya ; faham Sunnni, Mu’tazilah, Syi’ah, Khawarij, Jabariyah dan lain sebagainya. Islam di Indonesia adalah menganut faham Sunni, walaupun organisasi berbeda-beda, misalnya NU, Muhammadiyah, Alkhoiriyah, Al Irsyad, Alwashliyah, Mathla’ul Anwar, Tarbiyah Islamiyah, Persis, Al Bayyinaat, Al Khoiriyah dlsb. Masing-masing organisasi ini tentu mempunyai perbedaan, namun perbedaannya bukan furu’iyah (hal-hal cabang), tetapi hal-hal yang kecil. Dan di Indonesia dikumandangkan “ukhuwwah Islamiyah” dalam rangka meminimalisir benuturan-benturan yang terjadi karena perbedaan hal-hal furu’iyah ini. Misalnya berbeda dalam amalan qunut, adzan Jum’at, ada yang dua kali ada yang satu kali, ada yang pakai tongkat ada yang tidak. Semua itu perbedaan yang sangat kecil dan hanya hal-hal cabang saja. Terhadap perbedaan inilah yang terus didengungkan tentang ukhuwah Islamiyah, dan sudah tampak berhasil walupun belum sempurna. Sehingga ketenangan dan keharmonisan bisa dijaga sampai saat ini.
Bagaimana dengan Syi’ah? Syiah bukan Sunni. Syiah berbeda dengan Sunni. Dan perbedaannya adalah masalah ushuliyyah ( pokok), dan juga masalah furu’iyah. Misalnya; shalat Jum’at menurut Sunni adalah wajib ‘ain bagi setiap muslim laki-laki. Tetapi Syiah tidak mewajibkan. Dalam faham Syiah, Jumatan adalah termasuk ikhtiyaary (memilih). Kalau dia boleh memilih shalat Dhuhur apa shalat Jum’at. Shalat Jum’at belum wajib hingga datang Imam Muhtadhar (Imam Mahdi). Tentang Al-Qur’an mereka berkeyakinan bahwa Kitab Suci ini nanti akan ada takhrif (ada perubahan). Mereka berkeyakinan akan turun lagi Al Qur’an sekitar 17 ribu ayat yang sekarang masih tersimpan, dan nanti akan hadir ketika imam itu hadir. Sementara kalau Sunni meyakini bahwa Al-Qur’an dijaga kesuciannya oleh Allah, mulai zaman Rasulullah SAW hingga akhir zaman tidak ada perubahan. Mulai turun melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dihafal dan diajarkan kepada shahabat dan shahabat pun menghafal dan seterusnya hingga sampai kepada kita. Merka ragu terhadap Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an menerangkan bahwa Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya. ( Q.S. Al Baqarah : 2). Yang maknanya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Kemudian, orang Sunni mengakui Khulafaurrasyidiin (Abu Bakar, Umar bin KLhatab, Utman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib) sebagai pemimpin yang mengganti Rasulullah SAW. Tetapi orang Syiah menolak keberadaan Abu Bakar, Umar dan Utsman. Yang ketiganya dianggap meampok jabatan Ali. Oleh sebab itu, orang Syiah menolak hadits Kutubus Sitah tidak mau hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori, Imam Muslim, Nasa’I, Ibnu Majah, , Abu Hurairoh Aisya dlsb. Mereka mempunyai kitab sendiri namanya Al Kafi, Tahdzib al Ahkam, Al Istibshor, Man Laa Yahdhurul al Faqiih dll. Dari kitab tersebut dapat diketahui adanya perbedaan yang mendasar, di antaranya : Hadist menurut faham Syiah berbeda dengan pengertian ahlual sunnah. Menurut Syiah hadist meliputi af’al, aqwaal, dan taqrir yang disandarkan tidak hanya kepada Nabi Muhammad tetapi juga para imam-iman Syiah. Faham Syiah menyakini bahwa imam-imam adalah ma’sum seperti para nabi Faham Syiah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan (Imamah) termasuk masalah aqidah agama. Faham Syiah mengingkari otentisitas Al- Qur’an dengan mengimani adanya tahrif Al-Qur’an. Faham Syiah meyakini turunnya wahyu setelah Al-Qur’an yakni yang disebut mushhaf Fatimah. Faham Syiah orang yang tidak mengimani terhadap imam-imam Syiah adalah Syirik dan Murtad dan masih banyak yang lainnya.
Di samping itu Syiah juga menghalalkan nikah Muth’ah (nikah yang dibatasi oleh waktu). Misalnya nikah untuk satu jam, dua jam, satu hari dua hari, ini dibolehkan. Sementara Sunni mengharamkan. Disamping ada dasar hukum naqli yang mengharamkan, jika dibiarkan akan terjadi penyakit social, karena akan terjadi prostitusi terselubung. Padahal di Indonesia umumnya dan Jawa Timur khususnya lagi gencar-gencarnya menata kota bersih dari praktek asusila. Mereka sudah mulai banyak yang sadar dan bertaubat. Jika nikah Muth’ah diperbolehkan maka akan terjadi prostitusi terselubung, sehingga menghambat program pembangunan yang telah dicanangkan.
Untuk itu, MUI Jawa Timur sudah menyatakan bahwa Syiah adalah termasuk aliran sesat, terutama Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah. Ada yang lebih ekstrim lagi namanya Ghulat, yang menyatakan bahwa Imam-imam itu mempunyai sifat ketuhanan. Dan juga menuduh kepada Jibril yang membawa wahyu salah alamat, seharusnya kepada Ali bin Abi Tholib, tetapi diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Aliran ini yang membawa adalah Abdullah bin Saba’, orang Yahudi yang sengaja ingin mengacaukan umat Islam. Sehingga Indonesia dalam rangka NKRI dibutuhkan orang-orang Sunni. Kalau tidak, maka Indonesia akan terjadi perang saudara seperti Irak, Libanon dll. Hal ini harus diperhatikan oleh penyelenggara pemerintahan, ulama’ politisi dll. Saya ingin mengingatkan mumpung aliran ini belum menjadi besar, walaupun kantong-kantingnya sudah banyak seperti di Jawa Timur berada di Bondowoso, Jember, Madura, Pasuruan, Bangil, Surabaya dll. Sedang di luar Jawa ada di Lampung, Makassar dsb.
Dalam kesempatan ini sekaligus meluruskan berita tentang kasus di Madura. Di banyak media diberikan kalau pondok pesantren Syiah dibakar. Kenyataannya tidak ada pondok pesantren yang dibakar, yang ada adalah langgar kecil yang terbuat dari bambu. Ada juga rumah yang dibakar yang antara satu dengan lain berjauhan jaraknya beberapa kilometer di antaranya. Dan kasus ini sudah berlangsung sejak tahun 2005, dan sudah ada komitmen, bahwa mereka diberitahu oleh ulama’ penduduk di situ yang menganut faham Sunni, dan memberi opsi, kalau mereka berada di sekitar situi harus kembali kepada Sunni, jika mereka ingin mengembangkan Syiah jangan di situ. Dan jika masih tetap di situ kemudian mengembangkan ajaran Syiah, tidak ditanggung keamanannya. Jadi penegak hukum jangan hanya bicara tentang anarkhisme. Memang orang membakar rumah, apalagi musholla secara pidana salah, tetapi perlu dibahas pula factor pemicu adanya kekerasan itu. Di negeri ini kurang diangkat oleh media bahwa ada sebab yang menimbulkan suatu akibat, ada aksi sebelum reaksi. Dan penyebabnya tentu propokator, yang tentu bisa dituntut menurut hukum. Dalam UU no 39 tahun 1999 tentang masalah HAM, dalam pasal 28 huruf c bahwa Hak Asasi Manusia tidak boleh merusak hak-hak orang lain. Ketika masyarakat sudah tenang tidak ada pertentangan apa-apa, kemudian ada faham baru masuk mempengaruhi, tentu saja menjadikan keresahan dan pada akhirnya terjadilah kemarahan itu. Nah, orang yang datang kemudian menimbulkan keresahan itulah yang dinamakan provokator sehingga bisa dituntut di pengadilan.
Dengan demikian jawaban atas tema di atas, kenapa Syiah bermasalah adalah karena berbeda dengan Sunni dalam masalah ushuliyah dan furu’iyah. Dan kalau dalam kontek Indonesia, bahwa mayoritas fahamnya adalah Sunni, jika faham Syiah dipaksakan berdiri dan berkembang di negeri ini, maka akan terjadi benturan-benturan yang sulit dicarika titik temu.
Ada pendapat yang menarik dari komisi VII RI yakni di Indonesia ini perlu payung hukum untuk melindungi kaum Sunni. Untuk itu, kalau Indonesia ingin NKRI dijaga, agar tidak dirongrong oleh orang lain, maka perlu payung hukum yang melindungi Sunni di Indonesia. Di Malaysia, Brunei Darussalam Syiah sudah dilarang, karena Islam adalah agama Negara dan mengikuti faham Sunni, sehingga ketika bertentangan dengan Negara, maka dilarang oleh Negara. Di Indonesia payung hukum seperti itu tidak ada. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi para politisi, sebab memang ada upaya dari luar agar kerukunan umat di Indonesia kacau.
KH Abdusshomad Buchory, (Imam Besar Masjid Al-Akbar Surabaya)

15 Ciri-Ciri Orang Syiah


PENGANUT Syiah—di negara seperti Indonesia—selalu bersembunyi dalam segala hal, terutama mereka mengklaim bahwa Syiah merupakan bagian madzhab dalam Islam. Padahal sebenarnya tidak. Dalam istilah Syiah, hal itu disebut “Taqiyah”. Namun sebenarnya ada beberapa yang bisa kita perhatikan dari penganut Syiah dari 15 ciri-cirinya berikut ini:
1) Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang arab hanya saja warnanya hitam.
2) Tidak shalat Jum’at. Meskipun shalat Jumat bersama jamaah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syiah tidak meyakini keabsahan shalat Jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
3) Pengikut Syiah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
4) Pengikut Syiah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
5) Mayoritas pengikut Syiah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/ tanah yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak di dekat orang lain.
6) Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
7) Anda tidak akan mendapatkan penganut Syiah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlussunnah.
8) Anda juga akan melihat penganut Syiah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husein radhiyallahu anhum.
9) Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.
10) Pada bulan Ramadhan penganut Syiah tidak langsung berbuka puasa setelah adzan maghrib; dalam hal ini Syiah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit. Dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. Mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah.
11) Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
12) Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syiah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.
13) Orang Syiah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.
14) Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syiah. Oleh sebab itu Anda akan dapati;
15) Orang-orang Syiah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syiah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syiah, maka para pengikut Syiah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syiah menjerat mereka bergabung dengan agama Syiah.
Kesimpulannya, cirri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak cirri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya
Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlussunnah dapat mengenali pengikut Syiah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para ibunda kaum Muslimin radhiyallahu anhunn yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. [sumber: lppimakassar]


Syi’ah; Sejarah & Perkembangannya


islampos.com—SELAMA ini, mayoritas orang selalu menganggap Syiah bagian dari Islam. Mayoritas kaum muslimin di seluruh dunia sendiri menilai bahwa menentukan sikap terhadap Syi’ah adalah sesuatu yang sulit dan membingungkan. Ini disebabkan beberapa hal mendasar yaitu kurangnya informasi tentang Syi’ah. Syi’ah, di kalangan mayoritas kaum muslimin adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak diketahui apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana sejarahnya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Berangkat dari hal-hal tersebut, akhirnya orang Islam yang umum meyakini Syi’ah tak lain hanyalah salah satu mazhab Islam, seperti mazhab Syafi’i, Maliki dan sejenisnya.
Tapi sesungguhnya ada perbedaan antara Syiah dan Islam. Bisa dikatakan, Islam dengan Syiah serupa tapi tak sama. Secara fisik, sulit sekali membedakan antara penganut Islam dengan Syiah, namun jika diteliti lebih jauh dan lebih mendalam lagi—terutama dari segi aqidah—perbedaan di antara Islam dan Syiah sangatlah besar. Ibaratnya, Islam dan Syiah seperti minyak dan air, hingga tak mungkin bisa disatukan.
Asal-usul Syi’ah
Syi’ah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan seseorang. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm). Sedang dalam istilah syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari.
Abdullah bi Saba’ mengenalkan ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamasikan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi Muhammad saw seharusnya jatuh ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut. Dalam Majmu’ Fatawa, 4/435, Abdullah bi Shaba menampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa).
Keyakinan itu berkembang terus-menerus dari waktu ke waktu, sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil suatu tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian dari mereka melarikan diri ke Madain.
Pada periode abad pertama Hijriah, aliran Syi’ah belum menjelma menjadi aliran yang solid. Barulah pada abad kedua Hijriah, perkembangan Syiah sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstream tersendiri. Pada waktu-waktu berikutnya, Syiah bahkan menjadi semacam keyakinan yang menjadi trend di kalangan generasi muda Islam: mengklaim menjadi tokoh pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan prinsip dasar keyakinan ini yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri.
Perkembangan Syiah
Bertahun-tahun lamanya gerakan Syiah hanya berputar di Iran, rumah dan kiblat utama Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah Reza Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan muncul di mana-mana.
Perkembangan Syi’ah, yaitu gerakan yang mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait ini memang cukup pesat, terlebih di kalangan masyarakat yang umumnya adalah awam dalam soal keagamaan, menjadi lahan empuk bagi gerakan-gerakan aliran sempalan untuk menggaet mereka menjadi sebuah komunitas, kelompok dan jama’ahnya.
Doktrin Taqiyah
Untuk menghalangi perkembangan Syi’ah sangatlah sulit. Hal itu dikarenakan Syi’ah membuat doktrin dan ajaran yang disebut “taqiya.” Apa itu taqiyah? Taqiyah adalah konsep Syiah dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong) untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Konsep taqiya ini diambil dari riwayat Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq a.s., beliau berkata: “Taqiyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Seseorang tidak dianggap beragama bila tidak bertaqiyah.” (Al-Kaafi, jus II, h. 219).
Jadi sudah jelas bahwa Syi’ah mewajibkan konsep taqiyah kepada pengikutnya. Seorang Syi’ah wajib bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang bukan alirannya maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi, terancam keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas dan terpojok, para tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berangkat Jum’at di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep taqiyah, sehingga sangat sulit untuk melacak apalagi membendung gerakan mereka.
Padahal, arti taqiyah menurut pemahaman para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berdasar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, taqiyah tidaklah wajib hukumnya, melainkan mubah, itupun dalam kondisi ketika menghadapi kaum musrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya, atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena tidak ada jalan lain.
Doktrin taqiyah dalam ajaran Syi’ah merupakan strategi yang sangat hebat untuk mengembangkan pahamnya, serta untuk menghadapi kalangan Ahli Sunnah, hingga sangat sukar untuk diketahui gerakan mereka dan kesesatannya.
Kesesatan-kesesatan Syiah
Di kalangan Syiah, terkenal klaim 12 Imam atau sering pula disebut “Ahlul Bait” Rasulullah Muhammad saw; penganutnya mendakwa hanya dirinya atau golongannya yang mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim ini tentu saja ampuh dalam mengelabui kaum Ahli Sunnah, yang dalam ajaran agamanya, diperintahkan untuk mencintai dan menjungjung tinggi Ahlul Bait. Padahal para imam Ahlul Bait berlepas diri dari tuduhan dan anggapan mereka. Tokoh-tokoh Ahlul Bait (Alawiyyin) bahkan sangat gigih dalam memerangi faham Syi’ah, seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru, Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad, dalam bukunya “Uqud Al-Almas.”
Adapun beberapa kesesatan Syiah yang telah nyata adalah:
1. Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a.
2. Keyakinan bahwa Imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa).
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib sendiri karena keyakinan tersebut.
6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
7. Keyakinan mencaci maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
8. Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.
Saat ini figur-figur Syiah begitu terkenal dan banyak dikagumi oleh generasi muda Islam, karena pemikiran-pemikiran yang lebih banyak mengutamakan kajian logika dan filsafat. Namun, semua jamaah Sunnah wal Jamaah di seluruh dunia, sudah bersepakat adanya bahwa Syiah adalah salah satu gerakan sesat. [sa/islampos/berbagai sumber]
Rujukan:
1. Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, “Dirasat fil Ahwaa’ wal firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minha.”
2. Drs. KH. Dawam Anwar dkk. “Mengapa kita menolak Syi’ah.”
3. Abdullah bin Said Al Junaid, “Perbandingan antara Sunnah dan Syi’ah. ”
4. Dan lain-lain, kitab-kitab karangan orang Syi’ah.
5. Beberapa situs dan blog pribadi.